Jumat, 07 November 2008

IDEALISME...... PENTINGKAH ???

Sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki keuntungan akan akses lebih ke pendidikan, mahasiswa seakan-akan menjadi kelompok elit dari masyarakat. Hal inilah yang sering membuat lupa para rekan-rekan mahasiswa atas kewajibannya sebagai salah satu bagian dari masyarakat. Dengan sebuah elitisme tersebut mahasiswa memiliki dunia versi ideal mereka. Dunia mahasiswa adalah dunia idealis dan dunia imajinasi kreatif yang mencoba membuat tataran sosial politik yang ideal. (Thoriq 2008). Akan tetapi dunia idealis tersebut seolah olah menjadi imajinasi belaka. Dan hal inilah yang sebenarnya akar dari terciptanya sebuah pertanyaan dari saya “idealisme para mahasiswa pentingkah???”

Proses pembentukan idealsme sebenarnya tidak hanya pada masa sebagai mahasiswa tetapi pada masa individu mengalami pendewasaan mental dan spirituil. Terbentuknya sebuah idealisme banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat kompleks. Khususnya idealisme mahasiswa, proses yang sangat vital dalam pembentukan idealisme adalah proses doktrinasi awal saat OMB. Selebihnya berjalan sesuai dengan kehidupan kemahasiswaanya dan oranag –orang dilingkungannya.

Cukup banyak bentuk dari implemntasi sebuah idealisme mahasiswa saat ini, mulai dari agenda rutin mahasiswa yaitu demonstrasi, bergerak bersama dalam sebuah organisasi terjun dan membangun masyarakat, melakukan penelitian-penelitian dan inovasi untuk mengatasi permasalahan bangsa, atau hanya memakai jaket organisasi dan duduk-duduk sambil berangan-angan.

Sebenarnya tidak ada perbedaan dalam gerakan-gerakan yang dilakukan mahasiswa. Aktualisasi tersebut semuanya terpusat pada satu pemahaman (semoga) , namun disampaikan dengan cara yang berlainan. Setidaknya (semoga), kesamaan dalam pemahaman tersebut dapat terlihat dari sikap dan idealisme mahasiswa yang seringkali memiliki paralelisme dengan kondisi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

Namun harapan tersebut seakan akan hanya harapan.... Kecenderungan yang ada saat ini mengenai sebuah idelisme mengarah pada idelaisme kekanak-kanakan dan idealisme tanpa bentuk. Mengapa demikian??? Saya yakin 100% mahsiswa itu kritis, mampu membedakan salah dan benar dan mampu untuk membenarkan yang salah. Itulah hal yang fundamental dari sebuah idealisme, tetapi itu hanyalah sebuah teoritis belaka atau omong kosong. Kemampuan itu (Kekritisan) tersebut seakan-akan tidak ada gunanya karena lebih sering disimpan diotak, diucapkan sekali dan tidak ada keberlanjutan atau sebuah solusi. Atau lebih kasarnya lagi Idealisme itu “cuma muncul” di kalangan mahasiswa setelah nonton film seperi Gie, Catatan Harian Seorang Demonstran atau The Motorcycle Diaries. Selanjutnya mengecam pihak rektorat atas kediktatoran dalam kampus, memaki maki para pejabat atas kenaikan BBM atau menginjak-injak gambar dan bendera negara Kapitalis yang sering menindas bangsa lain. Selebihnya meminta-minta kebijakan rektorat untuk membantu organisasi mahasiswanya, jalan-jalan keliling kota dengan pake BBM, “melirik” beasiswa kompensasi BBM atau kenakan baju oblong Che dan nongkrong di fastfood cabang negara kapitalis .....itukah yang dikatakan idealisme??? Omong kosong!!!

Idealisme mahasiswa seringkali luntur ketika harus berhadapan dengan realitas yang ada, termasuk dalam hal korupsi. Begitu banyak mahasiswa yang berdemo dengan mengecam dan memaki para koruptor dengan suara yang berapi-api. Seakan-akan mereka menjadi seorang algojo yang siap mengeksekusi para koruptor yang kenyang dengan uang. Namun praktik korupsi di dunia mahasiswa sendiri sudah tidak bisa dimungkiri. Mulai dari hal kecil seperti menyontek, titip absen dan korupsi waktu....Bagaimana dengan Anda???

Seorang idealis atau tidak bukan datang dari dirinya sendiri. Lingkungannya lah yang akan melihat dan memberi penilaian se-idealis apakah dia. Kalau dia memang selalu memegang teguh pendirian dan nilai-nilai kebenarannya, maka dia sudah cukup idealis (Mardun 2007). Jangan sampai kita hanya menilai sebuah idealisme yang dimiliki hanya tercermin pada “kehausan” akan macam-macam organisasi, pelatihan dan kepanitiaan yang tercantum dalam Curriculum Vitae.....



Radhitya TP