Selasa, 16 September 2008

Artis Bermain di Panggung Politik??? Mengapa Tidak!!!

Artis Bermain di Panggung Politik??? Mengapa Tidak!!!

Euforia pilkada dari tahun sekitar tahun 2008 sampai saat ini terasa sudah bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Berbagai jenis kampanye politik, mulai dari tempel-pasang spanduk dan selebaran, kunjung mengunjungi masyarakat menengah-kebawah, mengiklankan diri melalui televisi sampai dengan kampanye full entertain telah dilakukan oleh para calon pemimpin bangsa ini. Satu harapan besar dari mereka adalah memenangkan lomba kepopuleran ini yang tak jauh berbeda dengan cara calon artis berada di kontes-kontes menyayi yang terlihat di Layar kaca seperti Idol . Perpolitikan Indonesia sekarang ini sedang hangat-hangatnya dan akan segera memanas dalam 6 bulan kedepan. Euforia Pemilu 2009 sudah mulai tersa, dan sebagai awalan untuk menuju tanggal Pemilu 5 April 2009 adalah kehebohan pendaftran calon legislatif baik pusat maupun daerah dari partai politik ke KPU.
Hal yang sempat heboh tersebut adalah ketika sejumlah artis dan selebritis didaftrakan namanya oleh partai politik ke KPU sebagai calon wakil rakyat. Manuver dari beberapa partai politik ternama untuk memasang artis sebagai calon legislatif baik di pusat atau daerah memunculkan pertnyaan besar. Mengapa harus artis??? Tidak adakah para politikus Indonesia yang lebih kompeten??? Jawaban mendasar dari dua pertnayaan tersebut adalah para politikius indonesia yang sudah lama bermain di perpolitikan indonesia sudah ketahuan “belang” nya serta sudah banyak yang tertangkap oleh KPK. Jawaban paling mudah lainnya yaitu artis memiliki aura yang mungkin bisa membius rakyat dengan kepopulerannya untuk mendongkrak perolehan suara partai politiknya.
Para pengamat politik sempat melempar pernyataan yang meremehkan para pemilih Indonesia yang masih bodoh secara politis. Mereka belum dewasa secara politik sehingga sering terkena bujuk rayu yang hanya mengandalkan popularitas. Bisa benar bisa tidak..... dan pada beberapa kondisi tertentu serta kecenderungannya, kepopuleran telah nyata dan terbukti dapat membius sebagian besar suara rakyat. Sebagai contoh rakyat Amerika pernah memilih Ronald Reagan yang aktor Hollywood sebagai presiden. Kurang cerdas apa rakyat Amerika dalam hal berdemokrasi? Bagaimana dengan Kita Rakyat Indonesia???
Coba sejenak kita bayangkan ketika Gedung Dewan Perwakilan Rakyat kita sebagian besar diisi oleh para artis...??? Mungkin lokasi bidikan infotainment tidak lagi di lokasi syuting tetapi akan berpindah ke Gedung DPR RI. Tidak apa-apa, justru dengan itulah para wakil rakyat baik artis ataupun non artis akan merasa tersoroti dan diperhatikan, sehingga para wakil rakyat akan sungguh-sungguh melakukan tugasnya disana. Selain itu kita akan lebih didewasakan oleh pertunjukan politik di sana, dan disinilah kesempatan kita untuk menilai para pemimpin Indonesia. Sedikit berbaik sangka bahwa para artis yang maju menjadi CaLeg bener-benar berkompeten didalam perpolitikan dan bukan lagi coba-coba peruntungan diperpolitikan, sehingga nantinya perpolitikan diIndonesia akan sangat menarik untuk disimak dan diperhatikan oleh rakyat Indonesia.
Populer dan populis penting kalau ingin memenangi pemilihan umum/ pemilihan presiden atau pilkada yang manapun, tetapi hal yang penting dan perlu disadari oleh kita rakyat Indonesia adalah kejelian kita untuk memilah dan memilih para calon pemimpin bangsa ini, sebagai wujud kita untuk berperan serta didalam membangkitkan Indonesia yang telah lama terpuruk. Sebelum rezim kepemerintahan baru untuk 5 tahun kedepan terhitung setelah 2009 disahkan, selayaknya kita rakyat indonesia menentukan pilihan terbaik untuk kebangkitan Negara ini.
Radhitya TP

Tidak ada komentar: